Kemudian Ki
Gendeng Alang-alang mendirikan sebuah pemukiman di lemahwungkuk yang letaknya
kurang lebih 5 km, ke arah Selatan dari Muara Jati. Karena banyak saudagar dan
pedangan asing juga dari daerah-daer5ah lain yang bermukim dan menetap maka
daerah itu di namakan Caruban yang berarti campuran kemudian berganti Cerbon
kemudian menjadi Cirebon hingga sekarang.
Raja Pajajaran
Prabu Siliwanggi mengangkat Ki Gede Alang-alang sebagai kepala pemukiman baru
ini dengan gelar Kuwu Cerbon. Daerahnya yang ada di bawah pengawasan Kuwu itu
dibatasi oleh Kali Cipamali di sebelah Timur, Cigugur (Kuningan) di sebelah
Selatan, pengunungan Kromong di sebelah Barat dan Junti (Indramayu) di sebelah
Utara.
Setelah Ki Gedeng
Alang-alang wafat kemudian digantikan oleh menantunya yang bernama
Walangsungsang putra Prabu Siliwanggi dari Pajajaran. Walangsungsang ditunjuk
dan diangkat sebagai Adipati Carbon dengan gelar Cakrabumi. Kewajibannya adalah
membawa upeti kepada Raja di ibukota Rajagaluh yang berbentuk hasil bumi, akan
tetapi setelah merasa kuat meniadakan pengiriman upeti, akibatnya Raja mengirim
bala tentara, tetapi Cakrabumi berhasil mempertahankannya.
Kemudian
Cakrabumi memproklamasikan kemerdekaannya dan mendirikan kerajaan Cirebon
dengan mamakai gelar Cakrabuana. Karena Cakrabuana telah memeluk agama Islam
dan pemerintahannya telah menandai mulainya kerajaan kerajaan Islam Cirebon,
tetapi masih tetap ada hubungan dengan kerajaan Hindu Pajajaran.
Semenjak itu
pelabuhan kecil Muara Jati menjadi besar, karena bertambahnya lalu lintas dari
dan ke arah pedalaman, menjual hasil setempat sejauh daerah pedalaman Asia
Tengara. Dari sinilah awal berangkat nama Cirebon hingga menjadi kota besar
sampai sekarang ini.
Pangeran Cakra Buana kemudian membangun Keraton
Pakungwati sekitar Tahun 1430 M, yang letaknya sekarang di dalam Komplek
Keraton Kasepuhan Cirebon.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar